BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan atau hidup
sehat adalah hak setiap orang, oleh sebab itu kesehatan, baik individu,
kelompok maupun masyarakat merupakan asset yang harus dijaga, dilindungi bahkan
harus ditingkatkan.
Setiap
orang baik secara individu, kelompok maupun masyarakat dimana saja dan kapan
saja mempunyai hak untuk hidup sehat atau memperoleh perlindungan kesehatan.
Sebaliknya, setiap ornag baik individu, kelompok maupun masyarakat mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab umtuk melindungi dan menjaga kesehatan dirinya
dari segala ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Sebagai
perwujudan dari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memelihara dan melindungi
kesehatannya, setiap orang, baik individu, kelompok atau masyarakat harus
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memelihara dan melindungi kesehatan
mereka sendiri (kemandirian/ self reliance). Dengan kata lain, masyarakat yang
berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan masayarakat adalah masyarakatmandiri,
demikian juga individu atau kelompok yang berdaya, juga individu atau kelompok
mandiri.
Pengembangan
masyarakat secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun
manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan
perilaku masyarakat dan pengorganisasian masyarakat.
Dari
definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pengambangan masyarakat,
yaitu pengembangan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat dan
mengorganisir masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya
banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, mencari informasi, bertani dan
lain-lain sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang sedang dihadapi oleh
individu/ masyarakat.
Perilaku
yang perlu diubah adalah perilaku yang tentunya merugikan individu atau
masyarakat itu sendiri yang akan menghambat peningkatan kesejahteraannya.
Contoh yang sering kita temui dalam seperti ibu hamil tidak boleh makan telur,
anak tidak perlu sekolah, membicarakan rencana pembangunan desa hanya kaum laki-laki
saja, dan lain sebagainya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
saja tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas?
2. Bagaimana
pengembangan dan pengorganisasian komunitas?
3. Bagaimana
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat?
4. Apa
saja model kemitraan keperawatan komunitas?
1.3
Tujuan
1. Agar
mahasiswa mengerti tujuan dan sasaran pengorganisasian komunitas.
2. Agar
mahasiswa mengerti pengembangan dan pengorganisasian komunitas.
3. Agar
mahasiswa mengerti pengembangan dan pengorganisasian masyarakat.
4. Agar
mahasiswa mengerti model kemitraan keperawatan komunitas.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tujuan dan Sasaran Pengorganisasian
Keperawatan Komunitas
2.1.1 Tujuan Keperawatan Komunitas
a. Tujuan
Umum
Meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara
kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan Khusus
·
Dipahaminya pengertian sehat dan sakit
oleh masyarakat.
·
Meningkatkan kemampuan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar
dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
·
Tertanganinya kelompok keluarga rawan
yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan.
·
Tertanganinya kelompok masyarakat khusus
yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, dip anti, dan si
masyarakat.
·
Tertanganinya kasus-kasus yang
memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
·
Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang
termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan dirumah dan di puskesmas.
·
Teratasi dan terkendalinya keadaan
lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang optimal.
2.1.2
Sasaran Pengorganisasian Keperawatan Komunitas
Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan adalah sbb:
1.
Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita
gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular
(tuberculosis paru, kusta, malaria, demam berdarah, diare, dan ISPA atau
pneumonia), dan penderita penyakit degeneratif.
2.
Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang
termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group) atau resiko
tinggu (high risk group) dengan prioritas sebaga berikut:
· Keluarga
miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (puskesmas
dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
· Keluarga
miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan serta mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, dan penyakit menular.
· Keluarga
yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan prioritas serta
belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
3.
Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok
masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat
maupun yang terikat dalam suatu institusi.
· Kelompok
masyarakat khusus yang tidak terikat dalam suatu institusi seperti posyandu,
kelompok balita, ibu hamil, usia lanjut, penderita penyakit tertentu, dan
pekerjaan informal.
· Kelompok
masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi seperti sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti werda, rutan dan lapas.
4.
Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat
yang rentan atau mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan
seperti berikut.
· Masyarakat
di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang mempunyai:
- Jumlah
bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
- Jumlah
penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
- Cakupan
pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
· Masyarakat
di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam berdarah dan
lainnya).
· Masyarakat
di lokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat lainnya.
· Masyarakat
di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil dan daerah
perbatasan.
· Masyarakat
di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti daerah transmigrasi.
2.2 Pengembangan
dan Pengorganisasian Komunitas
2.2.1
Pengembangan Komunitas
Pengembangan komunitas adalah suatu usaha yang menyadarkan dan
menanamkan pengertian kepada masyarakat agar dapat menggunakan semua potensi
yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
Nies dan McEwan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan
masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam
pengorganisasian masyarakat yang mengombinasikan konsep, tujuan, serta proses
kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam pengembangan kesehatan
masyarakat, perawat komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan kemudia mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi
tujua-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi lain yang
terkait (nies dan McEwan, 2001; CHNAC, 2003; Diem dan Moyer, 2004; Falk-Rafael
dkk., 1999).
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk subsistem-subsistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan
McEwan (2001), perawat komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan, dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan
alternative model pengorganisasian masyarakat, yaitu perencanaan social, aksi
social, atau pengembangan masyarakat.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan,
maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan
model pengembangan masyarakat (community development). Asumsi dasar mekanisme
kolaborasi antara perawat komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan
kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus, (Kreuter, Lezin, dan
Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam
pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap
kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991 dan Sienkiewicz,
2004). Dukungan dan penerimaan tersebut
dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat
dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta berkelanjutan
koalisi perawat komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990). Langkah-langkah
yang dapat digunakan dalam pengembangan komunitas antara lain sebagai berikut :
·
Ciptakan kondisi agar masyarakat
mengenal dan memanfaatka potensi yang ada.
·
Tingkatkan mutu potensi yang ada.
·
Pertahankan dan tingkatkan
kegiatan-kegiatan yang sudah ada.
·
Tingkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan memanfaatkan potensi yang ada.
2.2.2
Pengorganisasian
Komunitas
Pengorganisasian
komunitas adalah suatu proses yang terjadi di masyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan
prioritas dari kebutuhan tersebut dengan cara gotong royong.
Pengorganisasian
masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasikan
kebutuhan-kebutuhannya dan menentukan
prioritas dari kebutuhan-kebutuhannya tersebut, dan mengembangkan keyakinan
untuk berusaha memnuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala prioritas
berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun yang berasal
dari luar , dengan usaha gotong royong (S.Notoatmodjo, 1997).
Cara
dan langkah meningkatkan peran serta masyarakat antara lain sebagai berikut :
·
Peningkatan peran serta masyarakat pada
umumnya merupakan proses yang berorientasi pada manusia dan hubungannya dengan
manusia lainnya.
·
Penting ditekankan bahwa para Pembina
peran serta masyarakat harus bersifat sebagai fasilitator, pemberi bantuan
teknis, bulan sebagai instructor terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkan
kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat.
Secara garis
besar, langkah pengembangan peran serta masayarakat umum adalah sebagai berikut
:
·
Penggalangan dukungan penentu kebijakan,
pemimpin wilayah, lintas sector, dan berbagai organisasi kesehatan, yang
dilaksanakan melalui dialog seminar, dan lokakarya dengan memanfaatkan media
massa dan sistem informasi kesehatan.
·
Persiapan petugas penyelenggara melalui
pelatihan, orientasi, atau sarasehan di bidang kesehatan.
·
Persiapan masyarakat melalui serangkaian
kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan swadaya yang dimiliki.
2.3
Pengembangan
dan Pengorganisasian Masyarakat
2.3.1 Pengembangan Masyarakat
Di negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang
merupakan suatu lingkaran tak berujung yang menghambat perkembangan komunitas
secara keseluruhan. Sebagai contoh, keadaan social ekonomi rendah yang
mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan. Hal tersebut selanjutnya
mengakibatkan penurunan produktivitas, produktivitas yang rendah selanjutnya
mengakibatkan keadaan social ekonomi semakin rendah dan seterusnya.
Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam mengembangkan dan meningkatkan
dinamika komunitas adalah:
·
Ciptakan kondisi agar potensi setempat
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
·
Pertinggi mutu potensi yang ada.
·
Pertahankan kontinuitas program di
masyarakat.
·
Tingkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.
Unsur-unsur program pengembangan
masyarakat
·
Program terencana yang berfokus pada
kebutuhan-kebutuhan menyeluruh (total needs) dari masyarakat yang bersangkutan.
·
Mendorong kemandirian atau swadaya
masyarakat.
·
Adanya bantuan teknis dari pemerintah,
badan-badan swasta, atau organisasi-organisasi sukarela, yang meliputi tenaga,
peralatan, bahan, ataupun dana.
·
Mempersatukan berbagai disiplin ilmu pertanian,
peternakan, kesehatan masyarakat pendidikan, kesejahteraan keluarga,
kewanitaan, kepemudaan, dan lainnya untuk membantu masyarakat.
Bentuk-bentuk program pengembangan
masyarakat
Menurut Mezirow
(1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan masyarakat, yaitu
sebagai berikut:
·
Program
intgratif. Memerlukan pengembangan melalui
koordinasi dinas-dinas teknis.
·
Program
adaptif. Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan
pada salah satu kementrian.
·
Program
proyek. Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah
tertentu dna program disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan.
Strategi operasinal pengembangan
masyarakat
·
Biarkan masyarakat sendiri yang
menentukan masalah, baik yang dihadapi secara perorangan atau kelompok. Perawat
hanya sebagai fasilitator atau memberikan arahan selama jalannya proses
lokakarya.
·
Biarkan masyarakat sendiri yang membuat
analisis untuk selanjutnya menyusun rencana usaha perbaikan atau solusi yang
akan dilakukan.
·
Biarkan agar masyarakat sendiri yag mengorganisasi
diri untuk melaksanakan usaha perbaikan tersebut.
·
Gali sumber-sumber yang ada dalam
masyarakat seoptimal mungkin, minta bantuan dari luar jika benar-benar
memerlukannya.
Setiap usaha yang bertujuan untuk mengembangkan masyaraakt
hendaknya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Ciptakan
kondisi agar potensi/ kemampuan masyarakat setempat dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan. Potensi setempat seringkali tidak dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat karena adanya berbagai hambatan. Oleh
karena itu, diperlukan kemampuan mengenal hambatan-hambatan ini untuk
selanjutnya bersama masyarakat menciptakan suatu kondisi agar potensi yang
sudah ada dapat dimanfaatkan untuk peningkatan taraf hidup.
b. Tingkatkan
mutu potensi yang ada. Tergalinya potensi setempat harus diikuti dengan
peningkatan mutu agar dapat diperoleh manfaat yang optimal. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan mengikut sertakan masyarakat setempat sejak awal
kegiatan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat non formal.
c. Usahakan
kelangsungan kegiatan yang sudah ada. Terlaksananya kegiatan sebagai wujud
pemanfaatan potensi yang ada bukanlah suatu tujuan akhir, tetapi harus
diusahakan agar kegiatan tersebut tidak berhenti begitu saja tetapi diikuti
dengan kegiatan-kegiatan lain sebagi hasil daya cipta masayarakat.
Untuk itu hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Setiap
kegiatan harus menimbulkan kepuasan agar timbul gairah dan daya cipta dari
seluruh komponen masyarakat.
b. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan harus berkelanjutan.
c. Harus
ada latihan untuk pembentukan kader yang diikuti dengan usaha meningkatkan
keterlampilan.
d. Tingkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Tujuan akhir dari peningkatan
pengembangan masyarakat adalah agar proses pengembangan tersebut mampu
menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan
bertitik tolak dari pengertian tentang pengembangan masyarakat seperti yang
telah diuraikan tersebut diatas, maka masyarakat merupakan subjek dari kegiatan
sasaran kegiatan.
Peranan lembaga dari luar hanyalah sebagai perangsang agar proses
yang terjadi berjalan secara optimal. Dengan demikian, maka penjabarannya
secara operasional dilaksanakan dengan cara :
a. Berikan
kesempatan agar masayarakat sendiri yang menentukan maslah kesehatannya, baik
yang dihadapi secara individu, keluarga , kelompok, maupun masyarakat.
b. Berikan
kesempatan agar masayarakat sendiri yang membuat analisa dan kemudian menyusun
perencanaan penanggulangan masalah.
c. Berikan
kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan
upaya perbaikan tersebut.
d. Dalam
proses ini sedapat mungkin digali sumber-sumber daya yang ada dalam masyarakat
sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.
Dengan menjadikan masyarakat sebagi
subjek kegiatan, maka tujuan yang diinginkan dalam pengembangan masyarakat
adalah :
a. Menumbuhkan
rasa peracaya pada diri sendiri
b. Menimbulkan
rasa bangga, semangat dan gairah kerja.
c. Meningkatakan
dinamika masayarakat untuk membangun.
d. Meningkatkan
kesejahteraan masayarakat.
Dalam program pengembangan
masayarakat , terkandung unsure-unsur penting sebagai berikut :
a. Program
terencana dan terfokus pada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh dari masyaarakat
yang bersangkutan.
b. Mendorong
swadaya msayarakat.
c. Adanya
bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swadaya satu organisasi
sukarela yang meliputi tenaga atau personel, peralata,, bahan dan dana bersifat
sementara dan tidak menimbulkan ketergantungan.
d. Mempersatukan
berbagai spesialisasi seperti kesehatan, pertanian, pertenakan, pendidikan dan
sebagainya untuk membantu masayarakat.
Pengembangan masayarakat adalah suatu proses memampukan nasyarakat
‘dari, oleh dan untuk’ masyarakat itu sendiri berdasarkan kemampuan sedniri.
Secara terperinci prinsip-prinsip pemberadayaan masayarakat, khususnya bidang
kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menumbuhkembangkan
potensi masayarakat.
b. Mengembangkan
gotong royong masyarakat.
c. Menggali
konstribusi masyaraakat.
d. Menjalin
kemitraan.
2.3.2
Pengorganisasian
Masyarakat
Organisasi masyarakat
merupakan konsep penting untuk dipertimbangkan ketika merencanakan untuk
kesehatan masyarakat. telah didefinisikan sebagai "proses dimana muatan
komunitas agen individu empover dan agregat masalah masyarakat salep dan tujuan
masyarakat mencapai hal (sawson Dan Albrecht, 1993, hal.131) itu didefinisikan
oleh bract (1990). kedua definisi yang pada dasarnya sama dalam satu yang mengidentifikasi pemberdayaan masyarakat dan lainnya "mengaktifkan
sebuah komunitas", seseorang mengatakan masyarakat:. memecahkan masalah masyarakat dan tujuan tercapai ", dan lainnya mengidentifikasi masyarakat mencapai dan mempertahankan perbaikan masyarakat Sebagai pembaca akan menemukan segera, definisi tersebut hanya berkaitan dengan satu model pengembangan masyarakat, bahwa pembangunan lokalitas.
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai
suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam dalam mengelolah kegiatan
atau program yang mereka kembangkan, disini masyarakat dapat membentuk panitia
kerja, melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegaiatan dan
lain-lain. ;embaga yang ada sebaiknya perlu dilibatkan karena lembaga inilah
sudah mapan, tinggal meningkatakan kemampuan kerjanya.
Dalam
pengorganisasian terkandung tiga aspek penting yaitu :
1. Proses
Pengorganisasian
masyarakat merupakan proses yang dapat terjadi secara sadar tetapi mungkin pula
merupakan proses yang tidak disadari oleh masyarakat.
a. Merupakan
proses yang terjadi secara sadar tetapi mungkin juga tidak.
b. Dalam
proses ditemukan unsure-unsur kesukarela. Kesukarelaan timbul karena keinginan
untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk
menanganinya.
c. Kesukarelaan
juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau
masyarakat.
d. Kesadaran
terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukab pada segelintir
orang yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masayarakat untuk mengatasinya.
2. Masyarakat
Bisa diartikan
sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai batas-batas geografis, bisa pula
diartikan sebagai suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama
dan berada dalam kelompok yang besar tadi.
a. Kelompok
yang mempunyai batas-batas geografis : desa, kelurahan, kecamatan, dst.
b. Suatu
kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih
besar.
c. Kelompok
kecil yang menyadari suatu maslaah harus dapat menyadarkan kelompok lebih
besar.
d. Kelompok
yang secara bersama-sama mencoba mengatasi maslaah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Berfungsinya
masyarakat (functional community)
Untuk memfungsikan
masayarakt, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menarik
orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja untuk membentuk
kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
kesehatan dan kesejahteraan masayraakt.
b. Membuat
rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.
c. Melakukan
upaya penyebaran rencana atau kampanye untuk mensukseskan rencana tersebut.
Langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam pengorganisasian masyarakat adalah :
1. Persiapan
social
Tujuan persiapan social adalah mengajak berpartisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program,
pelaksanaan hingga pengembangan program kesehetan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
dalam persiapan social ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan yang
harus dilakukan baik aspek teknis, administrative, dan program-program
kesehatan yang akan dilakukan :
a.
Tahap
pengenalan masyarakat.
Dalam tahap awal kita harus datang ketengah-tengah masyarakat
dengan hati terbuka dan kemampuan untuk mengenal sebagaimana adanya, tanpa
disertai prasangak buruk sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
b.
Tahap
pengenalan Masalah
Dalam tahap ini dituntuk suatu kemampuan untuk dapat mengenal
maslah-maslaah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan masayarakat. Beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun skala prioritas penanggulangan
masalah adalah :
·
Beratnya maslaah, sberapa jauh masalah
tersebut menimbulkan gangguan terhadap amsayarakat.
·
Mudahnya mengatasi.
·
Pentingnya masalah bagi kesehatan, yang
paling berperan disini adalah subjektivitas masyarakat sendiri dan sangat
dipengaruhi oleh kultur budaya setempat.
·
Banyaknya masyarakat yang merasakan
masalah, misalnya perbaikan gizi, akan lebih mudah dilaksanakan diwilayah yang
banyak balitanya.
c.
Tahap
penyadaran masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan
masyarakat agar mereka tahu dan mengerti tentang amsalah maslah kesehatan yang
mereka hadapi sehingga dapat berpartisipasi dalam penanggualanannya serta tahu
cara memmenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai harapan dengan
potensi dan sumber daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah
dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mkanisme yang
terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat :
1) Lokakarya
Mini kesehatan
2) Musyawarah
masyarakat desa (MMD)
3) Rembuk
desa
2. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah
disusun dalam lokakarya mini, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
kegiatan terebut sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulan masalah
kesehatan masyarakat :
a. Pilihlah
kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
b. Libatkan
masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.
c. Kegitaan
agar disesuaikan dengan kemampuan, waktu, sumber daya yang tersedia dimasyarakat.
d. Tumbuhksn
mereka mempunyai rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan
dalam penanggulangan masyarakat.
3. Evaluasi
Penilaian
dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam penilaian dapat dilakukan dengan :
a. Penilaian
selama kegiatan berlangsung
·
Disebut juga penilaian formatif =
monitoring.
·
Dilakukan untuk melihat apakah
pelaksanaannya kegiatan yang telah dijalankan apakah telah sesuai dengan
perencanaan penanggulangan masalah yang disusun.
b. Penilaian
setelah program sesuai dilaksanakan.
·
Disebut juga penilaian sumatif =
penilaian akhir program.
·
Dilakukan setelah melalui jangka waktu
tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
·
Dapat diketahui apakah tujuan atau
target dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau belum.
·
Perluasan.
Perluasan
merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan dan dapat dilaksanakan
dalam 2 cara :
a. Perluasan
kuantitatif
Perluasan
dengan manambah jumlah kegiatan yang dilakukan, baik pada wialayah setempat maupun
pada wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Perluasan
kualitatif
Perluasan
dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegitaan yang telah dilaksanakan
sehingga dapat
meningkatkan
kepuasan dari masyarakat.
Dalam suatu masyarakat , bagaimana sederhananya selalu ada suatu
mekanisme untuk bereaksi langsung terhadap stimulus. Mekanisme ini pemecahan
masalah atau proses pemecahan masalah. Mengembangkan dan membina partisipasi
masyarakat bukanlah hal pekerjaan mudah serta memerlukan strategi pendekatan
tertentu. Kenyataan dimasyarakat menunjukkan bahwa partisipasi masyrakat
terjadi karena berbagai alas an diantaranya sebagai berikut :
·
Tingkat partisiasi masyarakat karena
pekerjaan
·
Tingkat partisiasi masyarakat karena
imbalan
·
Tingkat partisiasi masyarakat karena
identifikasi atau ingin meniru
·
Tingkat partisiasi masyarakat karena
kesadaran
·
Tingkat partisiasi masyarakat karena
tuntutan akan hak asasi atau tanggung jawab.
Peran perawat komunitas paling utama adalah mengkondisikan
partisipasi masyarakat karena kesadaran itu sendiri sehingga diharapkan
tercapai tingkat kemandirian yang lebih bertahan lama.
Perencanaan dalam pengorganisasian masyarakat
Dilihat
dari perencanaan, terdapat dua bentuk pengorganisasian masyarakat yaitu sebagai
berikut :
·
Bentuk langsung (direct)
Ø Identifikasi
masalah
Ø Perumusan
masalah
Ø Menggunakan
nilai-nilai social yang sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut.
·
Bentuk tidak langsung ( indirect)
Disini
harus ada orang-orang yang benar yakin akan adanya kebutuhan atau masalah jika
diambil tindakan utnuk mengatasinya maka nilai timbul manfaat bagi masyarakat.
Hal ini
dapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi , yaitu :
Ø Untuk
memampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh para petugas
Ø Mempunyai
efek samping terhadap mereka yang belum termotivaso dalam kegiatan ini.
Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat
·
Specific contect objective approach.
Seseorang atau badan / lembaga telah merasakan adanya kepentinga bagi
amsyarakat dapat mengajukan suatu program untuk memenuhi kebutuhan yang
dirasakan. Hal ini bisa dilakukan oleh yayasan, lembaga swadaya masyarakat,
atau atas nama perorangan.
·
General content objective approach.
Tujuan pendektaan ini adalah untuk mengkoordinasi berbagai usaha dalam wadah
tertentu. Kegiatan ini bisa dilakukan baik oleh pemerintahan ataupun organisasi
nonpemerintahan.
·
Process objective approach.
Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul kerjasama diri anggota
masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri mengembangkan kemampuannya sesuai
dengan kapasitas mereka dala, melakukan usaha mengatasi masalah. Salah satu
contohnya adalah kelompok kerja kesehatan yang dibentuk dengan prinsip dari,
oleh, dan untuk masyarakat.
Masyarakat mencari jalan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat sendiri dengan cara yang
efektif. Tetapi pilihan cara dan penentuan tujuan dilakukan sendiri oleh
masyarakat dan bukan oleh petugas. Sebagai enable, petugas berperan memunculkan
dan mengarahkan keresahan yang ada dalam amsyarakat untuk diperbaiki. Sebagai
ahli, menjadi tugasnya untuk memberikan keterangan dalam bidang-bidang yang
dikuasinya.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat
komunitas dalam pengorganisasian masyarakat.
·
Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan
prinsip negoisasi, kemitraab dan pemberdayaan di masyarakat.
·
Memahami konsep proses keperawatan
kesehatan komunitas.
·
Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan
kepercayaan mereka, mengajaknya untuk kerja sama serta membangun saling percaya
antara perawat dan masyarakat.
·
Mengetahui dengan baik sumber-sumber
daya maupun sumber-sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui
dinas-dinas dan tenaga, ahli yang dapat dihubungi jika diperlukan bantuan.
·
Mampu berkomunikasi dengan masyarakat,
dengan menggunakan metode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi
dapat dipindahakan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat.
·
Mempunyai kemampuan professional
tertentu untuk berhubungan dengan masayarakat melalui kelompok-kelompok
tertentu.
·
Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat
dan keadaan lingkungannya.
·
Mempunyai pengetahuan dasar mengenai
keterlampilan tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh.
·
Mengetahui keterbatasan pengetahuannya
sendiri.
2.4
Model
Kemitraan Keperawatan Komunitas
Pengembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia telahdijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya
ketidaksesuaian antara pendeketan pembangunan kesehatan masyarakat dengan
tanggapan amsyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat , dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Meskipun didalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan
masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh
karena itu, pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar
terhadapa pembangunan kesehatan masyarakat perlu mencoba mencari terobosan yang
kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan
berkesimnambungan.
Salah satu intervensi
keperawatan komunitas diindonesia belum digali adalah kemampuan perawat
komunitas dalam membangun jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal membina
hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah
satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program
pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan dan Goodsadt, 2001).
Pada bagian lain Evin (2000)
menegaskan bahwa perawat komunitas memiliki tugas yang sangat penting untuk
membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan Ervin
mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat
sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (Community as resource),
dimana perawat komunitas harus memiliki keterlampilan memahami dan bekerja sama
bersama anggota masyarakat dalam menciptakan perubahan dimasyarakat.
Terdapat tiga model kemitraan
yang dapat diaplikasikan. Model kemitraan
tersebut antara lain kepemimpinan (manageralism),(Ress,2005), prulalisme baru
(new-pruralism), radikalisme berorientasi pada Negara (Bastler dan
Randall,1992). Berkaitan dengan praktik keperawatan komunitas diatas, model
kemitraan yang sesuai untuk mengorganisasi elemen masyarakat dalam upaya
pengembangan derajat kesehatan masyarakat dalam jangka panjang adalah model
kewirausahaan (entrepreneurialism).
Model kewirausahaan memiliki
dua prinsip utama yaitu prinsip otonomi
yang kemudian diterjemahkan sebagai upaya
advokasi mayarakat, dan prinsip penentuan prinsip sendiri yang selanjutnya
diterjemahkan sebagai prinsip kewirausahaan. Model kewirausahaan memiliki
pengaruh yang strategis pada pengembangan model praktik keperawatan komunitas
dan model kemitraan kemitraan dalam pengorganisasian pengembangan kesehatan di
Indonesia. Pengertian Advokasiyang pertama sebagai segala aktivitas yang ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran public diantara para pengambil keputusan dan khalayak
umum atas sebuah masalah, dalam rangka menghasilkan berbagai perubahan
kebijakan situasi. Penrgrtian kedua advokasi sebagai keadalian social yaitu
upaya pencapaian hasil yang berpengaruh meliputi kebijakan public dan keputusan
alokasi sumber daya dalam system dan institusi politik, ekonomi social yang
mempengaruhi kehidupan banyak orang secara langsung (Cohan et al,2001).
Sedangkan definisi kewirausahaan dimana individu atau kelompok yang dapat
mengidentifikasi kesempatan berdasarakan kemapapuan, keinginan, dan kepercayaan
yang dimilikinya serta membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan
upaya menyelaraskan sumber daya dalam pencapaian keuntungan personal (otuteye
dan shama,2004). Perawat spesialis komunitas dapat dianggap sebagai institusi
penyedia layanan keperawatan, sehingga untuk menggambarkan factor-faktor
institusi yang dapat mempengaruhi etos kewirahusahaan perawat spesialis
komunitas. Kerangka kerja tersebut menganalisis bagaimana institusi dan
perubahan institusi yang berdampak pada penampilan.
Praktik keperawatan mandiri
atau kelompok lingkungannya dnegan anggota masyarakat dapat dipandang sebagai
sebuah institusi yang memiliki dua misi sekaligus, yaitu sebagai institusi
ekonomi dan institusi yang dapat memebrikan pembelaan pada kepentingan
masyarakat terutama berkaitan dengan asas keadilan social dan asas pemerataan
bidang kesehatan.oleh karena itu, praktik keperawatan sebagai institusi sangat
terpengaruh dengan dinamika perkembangan masyarakat dan perkembangan
kemasyarakatan tentunya juga akan mempengaruhi bentuk dan konteks kemitraan
yang berpeluang dikembangkan (Robinson, 2005).
Pada bagian lain, saat ini
mulai terlihat kecenderungan adanya perubahan pola permintaan pelayanan
kesehatan pada golongan masyarakat tertentu dari pelayanan kesehatan
tradisional di RS beralih ke pelayanan keperawatan di RS disebabkan karena
terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang cukup besar dibandingkan
sebelumnya (DEpkes RI,2004). Sedangkan secara filosofis, saat ini telah terjadi
perubahan “paradigm sakit” yang menitikberatkan pada upaya kuratif kea rah
paradigm sehat yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan
sebagai focus pelayanan, sehingga situasi tersebut dapat dijadikan peluang
untuk mengembangkan praktik leperawatan komunitas beserta pendekatan kemitraan
yang sesuai di Indonesia.
Model pengembangan masyarakat
Menurut Hitchcock , Subert
dan Thomas (1999) focus kegiatan promosi kesehatan adalah konsep pemberdayaan
dan kemitraan (partnership). Konsep pemberdayaan dapat di interaksi secara
sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformative kepada masyarakat, antara lain dukungan ,
pemebrdayaan, kekuatan, ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes,RI).
Partisipasi
klien (masyarakat) dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri
terhadap segala kegiatan yang memiliki konstribusi pada peningkatan kesehatan
dan kesejahteraan. Pemberdayaan, kemitraan, dan partisipasi memiliki inter-relasi
yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu
kemitraan dengan masyarakat maka ia juga harus memberikan dorongan kepada
masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja sama “ dengan
masyarakat , buka bekerja untuk masyarakat. Oleh karena itu, perawat spesialis
komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat.
Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan, dan partisipasi
masyarakat. Namun perawat spesialis komunitas yang membangun dan membina
jejaring kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait :
a) profesi
kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, bidan/bidan didesa, atau fisioterapis),
b) penyelanggara
pemeliharaan kesehatan (PPK)
PPK
memberikan jaminan pelayanan keperawatan dan pelayanan profesi kesehatan
lainnya dengan prinsip managed care. Menaged care yaitu suatu integrasi antara
pembiayaan dan penyediaan pelayanan kesehatan yang tepat guna menjamin anggota
, masyarakat , pembiayaannya dapat menggunakan system kapitasi (Thabrany,
2000).
c) puskesmas
d) donator
atau sponsor
merupakan
lembaga atau badan yang memberikan bantuan financial baik secara sukarela atau
mengkita untuk program pengembangan kesehatan masyarakat.
e) sector
terkait
merupakan
institusi formal yang terkait dengan upaya pengembangan kesehatan masyarakat
dari tingkat teknis lapangan sampai ketingkat kabupaten atau kota. Misalnya
pemerintah daerah, Bapeda, dan lain-lain.
f) organisasi masyarakat formal dan informal
misalnya
organisasi muhamadiyah,NU,lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain.
g) tokoh
masyarakat atau tokoh agama yang memiliki pengaruh kuat di tengah masyarakat.
Model kemitraan keperawatan
komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat merupakan suatu paradigm yang
memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep penting, tujuan, dan proses
dalam tindakan pengorganisasian masyarakatyang difokuskan pada upaya
peningkatan kesehatan. Konsep utama dalam model tersebut adalah kemitraan,
kesehatan masyarakat, nilai dan kepercayaan yang dianut, pengetahuan,
partisipasi, kapasitas dan kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan
prinsip-prinsip kewirausahaan dan advokasi masyarakat.
Tujuan dari pengunaan model
pengembangan masyarakat
1. Agar
individu dan kelompok-kelompok dimasyarkat berperan serta aktf dalam setiap
tahapan proses keperawatan,
2. Terjadi
pada perubahan perilaku serta timbulnya kemandirian masyarakat yang dibutuhkan
dalam upaya peningkatan, perlindungan, dan pemulihan status kesehatannya di
masa mendatang.
Menurut Mangapa 2004 tujuan dari proses keperawaatan komunitas adalah
meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien (komunitas) melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan
kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada daya guna aktivitas kehidupan,
pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat terhadap
permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi
aktif masyarakat.
Perawat
komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi , dan kondisi sebagai suatu
mekanisme peningkatan peran serta aktif masyyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan,pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan masyarakat.
Andersone dan McFarlane dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas
yang memandang masyarakat sebagai mita (community as partner), focus dalam
model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas
yaitu ,1. Lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan
anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan,2.proses
keperawatan.
Menurut Nies dan McEwan
(2001) mendiskripsikan perawat komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan
alternaltif model pengorganisasian Ada tiga model untuk mempengaruhi perubahan masyarakat: pengembangan wilayah masyarakat, perencanaan sosialnya,
dan aksi sosial.
A.
Model-model pembangunan lokalitas
Model ini juga telah disebut
model pengembangan masyarakat. pengembangan
masyarakat didefinisikan oleh PBB
(1981) sebagai proses
yang dirancang untuk memperbaiki kondisi kemajuan ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat dengan partisipasi
aktif dan sepenuhnya mungkin ketergantungan pada inisiatif masyarakat. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa spektrum yang luas dari masyarakat setempat
harus dilibatkan dalam penetapan tujuan
dan tindakan untuk memaksimalkan perubahan masyarakat. Tema
ditekankan dalam model di clude prosedur demokratis, kerja sama sukarela, swadaya,
pengembangan kepemimpinan adat dan pendidikan.
B.
Perencaan
Sosial
Model kedua mempengaruhi perubahan masyarakat, perencanaan sosialnya, menekankan pendekatan teknis untuk memecahkan masalah sosial. dalam model ini,
perubahan diyakini memerlukan perencana ahli,
yang menggunakan kemampuan teknis
dan keterampilan, termasuk kemampuan
untuk memanipulasi organisasi
birokrasi yang besar, dapat
membawa perubahan yang kompleks. perencana
biasanya menetapkan, mengatur, dan memberikan barang dan jasa kepada orang-orang yang membutuhkannya. membangun kapasitas masyarakat (pengembangan wilayah) dan foshering
perubahan sosial radikal (aksi sosialnya) bukan
merupakan bagian integral pendekatan ini.
C.
Model
aksi sosialnya
Model ini mengasumsikan bahwa segmen
yang kurang beruntung
penduduk perlu
ditata, di kali dalam aliansi dengan orang lain, untuk membuat demas yang
memadai pada masyarakat yang lebih luas untuk increasedresources atau
pengobatan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial atau demokrasi. praktisi
mendorong perubahan dalam lembaga-lembaga utama atau praktek masyarakat dan
untuk redistribusi kekuasaan, sumber daya, hak pengambilan keputusan
masyarakat, atau perubahan kebijakan dalam organisasi formal. contoh kelompok
yang telah menggunakan pendekatan ini termasuk kelompok-kelompok hak-hak sipil
seperti Asosiasi Nasional untuk kemajuan orang kulit berwarna (NCAAP), kongres
ekuitas ras (CORE), nd selatan christian kepemimpinan confrence (SCLC),
beberapa organisasi antiracist putih, mahasiswa kelompok yang sesuai dengan
kiri baru, seperti mahasiswa untuk masyarakat demokratis (SDS), dan kelompok
terakhir, seperti kelompok bukan perokok yang tepat dan kelompok berjuang untuk
hak gay dan lesbian, penyewa, atau tunawisma.
Tiga tidak diskrit tapi mungkin tumpang tindih dalam
praktek. misalnya, seorang perencana sosial (model 2) yang telah bertemu
perlawanan di mengimplementasikan program untuk
obesitas remaja mungkin
memutuskkan bahwa diskusi
dan lebar antara paticipation anggota masyarakat diperlukan untuk memperoleh
keberhasilan dengan program (model1 dan model2). Rothman (1970) diakui tumpang
tindih ini: "setelah berbicara ekstrem analitis dan bahwa dalam praktek
yang sebenarnya orientasi ini tumpang tindih daripada berlainan". Namun
demikian, organisasi cenderung dipandu oleh salah satu dari tiga model.
Perbedaan Antara Model-model
Bracht (1990) mengidentifikasi beberapa variabel dalam model tiga. katanya pengembangan
lokalitas kemampuan masyarakat dan kerjasama, model perencanaan sosial adalah model taktik yang
menekankan pemecahan masalah
masyarakat, dan model aksi sosial
menggabungkan proses dan tugas untuk
menekankan redistribusi kekuasaan, sumber daya, dan hubungan dan perubahan institusi dasar .
Rothman dan Trotman (1987) juga berpendapat bahwa model
pengembangan wilayah adalah
proses fokus dengan penekanan pada kerjasama dan kemampuan sistem, meningkatkan partisipasi
lokal dan kepemimpinan, sedangkan model pembangunan sosial berorientasi tugas (kategori terdiri dari kedua perencanaan sosial dan model tindakan sosial
di sini), dengan penekanan pada menyelesaikan tugas beton dan memecahkan masalah seperti memberikan layanan,
mendirikan layanan baru, atau mendapatkan undang-undang berlalu.
Perbedaan lain melibatkan asumsi
tentang struktur masyarakat dan
kondisi masalah. dalam
model pengembangan wilayah
(model1), perencana melihat masyarakat dibayangi
oleh komunitas yang lebih besar dan
masalah sebagai kurangnya hubungan
dan demokratis kemampuan pemecahan masalah, sedangkan pada model perencanaan sosial perencana melihat masyarakat
sebagai memiliki masalah sosial yang besar , seperti
masalah kesehatan fisik atau
mental atau perumahan atau beberapa masalah lain yang menarik bagi
perencana, dan dalam
model aksi sosial, perencana
memandang masyarakat sebagai suatu sistem hak istimewa dan kekuasaan dengan populasi disvantaged dan masalah
seperti ketidakadilan sosial, kekurangan,
dan ketidakadilan atau eksploitasi
di tangan penindas seperti yang
sctructure kekuasaan "pemerintah besar" atau masyarakat.
Ada juga taktik perubahan
karakteristik dengan tiga model. taktik perubahan
untuk model 1 adalah
konsensus diskusi pikir dan komunikasi. dalam
model 2 taktik perubahan konsensus atau
konflik, dan model 3 menggunakan perubahan taktik
konflik atau kontes, seperti konfrontasi dan aksi langsung atau negotation.
Peran praktisi juga
bervariasi dalam tiga model.
dalam model 1, praktisi
adalah enabler-katalis yang mendorong pemecahan, ungkapan keprihatinan, keterampilan
organisasi, dan hubungan interpers
masalah. dalam model 2, peran praktisioner
adalah lebih teknis atau seorang ahli di
yang ia mengumpulkan data, mengimplementasikan program, dan berinteraksi
dengan birokrasi. dalam model
3, praktisioner berada
dalam peran aktivis atau advokasi dan
kelompok-kelompok organis dan
memanipulasi organisasi-organisasi
dan gerakan untuk mempengaruhi proses politik.
Model
Komunitas sebagai Mitra (Anderson
dan Mc Farlane)
Bedasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neumen (1972)
untuk melihat masalah pasien , model komunitas sebagai klien dikembangkan oleh
penulis untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti
namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, unutk mendekatkan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.
Dalam model komunitas sebagai mitra ada dua factor
sentral adalah focus pada komunitas
sebagai mitra dan yang kedua penerapan proses keperawatan. Model ini dijelaskan secara rinci untuk
membantu kita memahami setiap bagannya.
Karakteristik dasar dari layanan keperawatan pada tingkat populasi :
Ø Community
orientation : proses yang secara aktif dibentuk oleh pengalaman unik,
kepengetahuan, nilai, keyakinan dan budaya masyarakat.
Ø Population
focus : menggambarkan perawat menggunakan keterlampilan berbasis populasi
seperti epidemiologi, penelitian dalam pengkajian komunitas, dan
pengorganisasian komunitas sebagai dasar intervensi.
Ini roda pengkajian
adalah individu yang membentuk komunitas. Ini meliputi demografik, nilai,
keyakinan dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk
setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas dan sebagainya. Delapan
subsistem terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan, dan transportasi
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan social, komunikasi , ekonomi
dan rekreasi.
Garis tebal yang
mengelilingi komunitas menunjukkan garis pertahannan normal, atau tingkat
kesehatan komunitas yang dicapai setiap saat. Garis pertahanan normal meliputi
berbagai cirri misalnya angka imunitas yang tinggi, moralitas bayi yang rendah,
atau tingkat pendapatan kelas menengah. Garis pertahanan normal juga mencakup
pola koping, disertai kemampuan menyelesaikan masalah ini menunjukkan keadaan
sehat dari komunitas.
Garis pertahanan
fleksibel, digambarkan dengan garis putus-putus yang mengelilingi komunitas dan
garis pertahanan normal. Garis ini merupakan buffer xone (area penengah) yang
menunjukkan suatu tingkat kesehatan dinamis akibat respon sementara terhadap
stressor. Respon ini mungkin saja terjadi karena adanya mobilisasi anggota
masayarakat sekitar karena stressor lingkungan, seperti banjir atau stressor
social seperti penjualan buku porno.
Kedelapan subsistem
dibatasi dengan garis putus-putus untuk mengingatkan kita bahwa subsistem
tersebut tidak terpisah, tetapi saling mempengaruhi. Kedelapan bagian tersebut
menjelaskan garis garis besar subsistem suatu komunitas dan nmemberikan
gambaran kesehatan kerja bagi perawat kesehatan komunitas dalam pengkajian.
Didalam komunitas,
terdapaty garis-garis resistensi, mekanisme internal yang melakukan perlawanan
terhadap stressor. Program rekreasi malam untuk anak-anak muda dilakukan untuk
mengurangi vandalism dan kebebasan berbuat, dan diagnosis serta pengobatan
penyakit menular seksual secara gratis adalah merupakan contoh garis
resistensi. Garis sresisitensi ada pada setiap subsistem dan menunjukkan
kekuatan komunitas.
Stressor merupakan tekanan
rangsangan yang menghasilkan ketegangan yang potensial menyebabkan
ketidakseimbangan dalam system. Stressor tersebut dapat berasal dari luar
komunitas. Stressor memasuki garis pertahanan normal nmaupun fleksibel sehingga
menimbulkan gangguan dalam komunitas. Pelayanan yang tidak mencukupi n, tidak
terjangkau atau mahal merupakan stressor terhadap kesehatan komunitas.
Derajat reaksi
merupakan jumlah ketidakseimbangan atau gangguan akibat stressor yang menganggu
garis pertahanan komunitas. Derajat reaksi ini dapat dilihat dari angka
kematian dan kesakitan, pengangguran, statistic kriminalis, dan lain-lain. Stresoor dan derajat reaksi menjadi bagian
dari diagnosis keperawatan. Misalnya : maslah dapat berupa kejaidan peningkatan
penapasan (derajat reaksi sehubungan dengan polusi udara (stressor).
Gambar 2.1. Garis Pertahanan dan Perlawanan dalam Model Sistem
Neuman (Stepans & Knight. 2002).
BAB 3
PENUTUP
Organisasi masyarakat merupakan konsep penting untuk
dipertimbangkan ketika merencanakan untuk kesehatan masyarakat. Sedangkan Organisasi komunitas Pengorganisasian
komunitas adalah suatu proses yang terjadi di masyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan, menentukan
prioritas dari kebutuhan tersebut dengan cara gotong royong. Dalam Pengembangan
masyarakat diperlukan Langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam mengembangkan
dan meningkatkan dinamika komunitas diantaranya Ciptakan kondisi agar potensi
setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan, Pertinggi mutu potensi yang ada,
Pertahankan kontinuitas program di masyarakat dan Tingkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
Model kemitraan keperawatan
komunitas dalam pengembangan kesehatan masayarkat merupakan paradigm perawat
spesialis komunitas yang relevan dalam situasi dan kondisi profesi perawat di
Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua prinsip
penting yaitu kewirausahaan dan advokasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Effendi, Ferry dan
Makhfudi. 2009. Keperawatan Komunitas
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Helvie, Carl O. 1998. Advanced practice nursing in the community. New
Delhi: Sage Public.
Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas.
Yogyakarta: Gosyeng Publishing.
Andersone dan
McFarlane. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Komunitas, Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar