MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS III
“Kesehatan Komunitas dan Konsep Dasar
keperawatan Komunitas ”
Disusun
Oleh:
S1
/ 1B
1.
Ajeng Kristia A
(101.0004)
2.
Rizal Alfisyar (101.0098)
3.
Rully Kristina H (101.0100)
4.
Tri Vinti Ratna D. (101.0106)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2013-2014
|
|
|
|
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Seiring
berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,
pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja
ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah
yang disebut dengan keperawatan komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas
adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan
Dawkin, 1987).
1.2.Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
sehat menurut WHO dan para ahli ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan kesehatan komunitas ?
3.
Apa yang
dimaksud dengan konsep dasar keperawatan komunitas?
1.3.Tujuan
Masalah
1.
Dapat mengetahui
definisi sehat menurut WHO dan para ahli.
2.
Dapat
menjelaskan tentang kesehatan komunitas
3.
Dapat
menjelaskan tentang konsep dasar keperawatan komunitas
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Konsep
Kesehatan
2.1.1
Pengertian
kesehatan.
Tidak ada konsessus tentang
definisi sehat. Diketahui ada beberapa cara mencapai derajat kesehatan
tertentu, tetapi sehat itu sendiri tidak dapat diukur.
Dahulu sehat didefinisikan sebagai
ada atau tidak ada adanya penyakit. Ningtingale
mendefinisikan sehat sebagai kondisi baik dan menggunakan setiap kekuatan
yang dimiliki individu seoptimal mungkin (Ningtigale 1964). World Health
Organization (WHO) memandang sehat secara lebih menyeluruh. Undang-undang WHO
mendefinisikan sehat sebagai “Keadaan sejahtera fisik”, mental, dan sosial yang
utuh dan tidak
semata terbebas penyakit atau kelemahan (WHO,1948). Definisi ini :
a. Mencerminkan
perhatian pada individu sebagai manusia utuh yang berfungsi secara fisik,
psikologis, dan sosial. Proses kejiwaan menentukan hubungan seseorang dengan
lingkungan fisik dan sosial disekitarnya, sikapnya terhadap kehidupan, dan
interaksi mereka dengan orang lain.
b. Menempatkan
sehat dalam konteks lingkungan . Kehidupan manusia, demikian juga dengan
kesehatannya, dipengaruhi oleh segala sesuatu yang berinteraksi denganya, tidak
hanya pengaruh lingkungan, seperti iklim dan ketersediaan makanan bergizi,
tempat berlindung yang nyaman, udara bersih untuk dihirup, dan air bersih untuk
minum, tetapi juga orang lain, termasuk keluarga, pasangan , atasan, rekan
kerja, teman, dan berbagai macam hal yang terkait.
c. Menyejajarkan
sehat dengan kehidupan produktif dan kreatif. Berfokus pada kehidupan, bukan
pada penggolongan penyakit yang dapat menyebabkan sakit dan kematian.
Sehat juga didefinisikan
berdasarkan peran dan performa, Talcolt Parsons (1951), seorang sosiolog
terkemuka dari Amerika dan pencipta konsep “Peran sakit”, menggagas sehat
sebagai kemampuan untuk mempertahankan peran normal.
Pada tahun 1953, president’s Commision
on Health Needs of the Nation Amerika Serikat membuat peryataan tentang sehat”
Sehat bukan suatu kondisi melainkan penyesuaian. Sehat bukan sebuah keadaan
melainkan sebuah proses. Proses tersebut membuat individu beradaptasi tidak
hanya dengan kondisi fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosial. “ President’s
Commission 1953). Definisi tersebut menekankan sehat sebagai proses adaptasi,
bukan sebuah keadaan.
Pada tahun 1980, American Nurse
Association (ANA) dalam peryataan kebijakan sosialnya mendefinisikan sehat
sebagai “ keadaan dinamikmketika potensi perkembangan dan perilaku individu
terpenuhi shingga seoptimal mungkin (ANA,1980). Dalam definisi ini, sehat lebih
dari sekedar kondisi terbebas dari penyakit, tetapi mencangkup upaya mencapai
fungsi optimal.
Pada beberapa dekade yang lalu,
sejumlah profesional kesehatan termasuk para perawat teoretikus, telah membuat
definisi sehat. Sebagian besar orang mendefinisikan dan menggambarkan sebagai
berikut
1. Terbebas
dari gejala dan nyeri sebanyak mungkin.
2. Dapat
aktif dan melakukan apa yang diinginkan dan harus dilakukan.
3. Selalu
bersemangat.
Karakteristik
ini menunjukkan bahwa sehat bukan sesuatu yang didapatkan individu secara
mendadak pada waktu tertentu. Sehat merupakan suatu proses berkelanjutan yang
mendorong setiap aspek tubuh, pikiran, dan perasaan saling terkait selaras
mungkin.
Banyak
faktor yang mempengaruhi definisi individu tentang sehat. Definisi tersebut
beragam, bergantung pada pengalaman masa lalu individu, ekspektasi diri, usia,
dan pengaruh sosiokultural.
Perawat
harus mengetahui definisi pribadi mereka tentang sehat dan harus menghargai
bahwa orang lain juga memiliki definisi sendiri. Definisi seseorang tentang
sehat mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan sehat dan sakit, perawat
dapat memberikan bantuan yang lebih berarti guna membantu mereka meraih atau
mencapai keadaan sehat
2.1.2
Indicator
sehat
1.
Kesehatan yang baik dan usia panjang produktif adalah hak setiap
individu tanpa membedakan suku dan jenis kelamin
2. Semua orang mempunyai kebutuhan belajar
3.
Beberapa klien mungkin tidak memahami kebutuhan belajarnya atau
kebutuhan bantuan utk mencapai tingkat sehat yang tinggi
4.
Orang akan menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat untuk
dirinya, shg pengetahuan memiliki makna tertentu
5.
Kesehatan yang baik dan pelayanan kesehatan memberi
kesempatan masyarakat luas untuk hidup lebih baik sesuai potensi dan pengaruh
standar hidup
6.
Kesehatan merupakan salah satu nilai saing klien dan
memiliki prioritas yang berbeda pada waktu yg berbeda
7.
Nilai dan konsep sehat berbeda tergantung pada budaya, agama
dan latar belakang sosial klien
8.
Otonomi individu dan komunitas membri prioritas yang berbeda
pada waktu yang berbeda
2.1.3.
Karakteristik
sehat
1. Anggotanya memiliki
tingkat kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.
2. Menggunakan
sumber daya alam sambil melakukan langkah untuk menghematnya demi generasi
mendatang.
3. Secara
terbuka mengenali dirinya sendiri
4. Siap
menghadapi kritis.
5. Mempunyai
saluran komunikasi yang terbuka.
6. Koping individu yang efektif.
7. Meningkatkan
derajat kesejahteraan.
2.1.4.
Perilaku sehat
Perilaku
sehat adalah tindakan yang
dilakukan seseorang yg merasa dirinya sehat, dan bertujuan memelihara,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 3 tujuan yang ingin dicapai dlm
perilaku sehat ini adalah : Perilaku preventive Protective Promotive
a. Perilaku
preventif: upaya memelihara kesehatannya dengan mencegah datangnya penyakit.
Caranya dapat dlilakukan dengan Medical activities & non-medical activities
Terdapat 2 tingkatan yaitu: Primary preventive: langsung mencegah penyakit:
medical actiities (imunisasi), non medical actities (minum jamu) Secondary
preventive: tidak langsung mencegah penyakit (mandi, rekresi).
Model ini fokusnya adalah perilaku kesehatan preventif. Ada 3 golongan
variable yang diidentifikasi sebagai yang determinan dalam perilaku pencegahan yaitu
motivasi prediposisi, variable kendala dan variable Kondisi.
1.
Motivasi predisposisi. Bahwa setiap perilaku ada
motivasinya yaitu untuk mencapai suatu tujuan. Ada 3 tipe tujuan orang
melakukan perilaku pencegahan penyakit ggi yang masing-masing orang berbeda :
Untuk meningkatkan derajat kesehatan atau menghindari kemungkinan sakit. Untuk
mendapatkan persetujuan orang2 terdekat Untuk memperoleh pengertian agar
perilaku tertentu disetujui atau diakui sendiri manfaatnya.
2.
Variabel Kendala Yang merintangi orang yang telah
termotivasi untuk melakukan suatu perilaku kesehatan : Internal = kurang
pengetahuan tentang perilaku sehat dan ketakutan dalam pengobatan gigi.
Eksternal = kekurangan sumberdaya (uang, waktu atau dokter yang diperlukan)
3.
Variabel Kondisi Tingkat pendidikan sama halnya
megurangi kendala Pengalaman kesehatan sebelumnya Status social ekonomi Melindungi
tubuh dari gangguan penyakit (minum vit, pakai kondom, jas hujan atau payung)
Peningkatan kualitas/ derajat kesehatan, konsumsi vit, olah raga, menu makan
diatur, berat badan diatur.
b.
Perilaku protective, yaitu upaya untuk melindungi
badan dari rasa sakit, seperti melakukan pengobatan segera ketika didapatkan
rasa sakit pada tubuhnya untuk mencegah terjadinya komplikasi sejak dini.
Misalnya minum oralit ketika terjadinya diare, sebelum terjadi dehidrasi.
c.
Perilaku promotif. Yaitu upaya untuk memelihara
kesehatannya dengan ikut serta melakukan penyuluhan tentang pencegahan
penyakit, dengan cara meningkatkan pengetahuan. Seperti mengikuti penyuluhan
tentanng pemeriksaan payudara sejak dini, meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan stroke dengan rajin mengikuti penyuluhan yang ada.
2.2
Kesehatan
Komunitas
2.2.1
Konsep
kesehatan komunitas
Pada abad ke-21 mendatang penduduk
dunia akan memiliki derajat kesehatan yang semakin baik, umur harapan hidup
semakin panjang, masalah lansia semakin menonjol, ditemukannya berbagai macam
vaksin, program sanitasi dasar juga semakin membaik serta menurunnya berbagai
penyakit menular klasik (WHO, 1998). Kecenderungan tersebut memiliki korelasi
dengan membaiknya kondisi social-ekonomi di berbagai Negara. Tetapi sampai saat
ini masih banyak Negara berkembang yang melakukan penangan kesehatan untuk
penduduknya secra konvensional, masih menekankan pada pengembangan rumah sakit,
penanganan peristiwa sakit yang dilakukan secara episodic. Negara tersebut juga
belum melakukan upaya preventif dan promotif secara optimal. Oleh karena itu
peran perawat kesehatan menjadi sangat penting, bervariasi dan cukup menantang.
Dengan demikian perawat perlu memiliki pemahaman tentang konsep kesehatan
komunitas bagi seluruh perawat yang bergerak di bidang tersebut.
Dalam buku Wolf, L.V. dkk,
dikatakan bahwa kesehatan menurut komisi kepresidenan Amerika Serikat adalah
adanya efisiensi jasmani, mental dan social dan syarat pertama untuk hidup
sempurna ialah kesehatan. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) merumuskan
kesehatan sebagai suatu keadaaan tanpa penyakit atau kelemahan. Dikatakan pula
bahwa kesehatan adalah salah satu hak azasi setiap insan. Kesehatan merupakan
suatu kesatuan yang utuh dari manusia, sebagai hasil dari hubungan yang
seimbang antara komponen jasmani, psikologis dan social-kultural. Dengan kata
lain kesehatan merupakan homeostasis biopsikososial. Kesehatan manusia
berubah-ubah bergantung pada stressor yang ada dan kemampuanya untuk mengatasi
masalah serta memelihara homeostasis. Setiap manusia mempunyai suatu rentang
yang terdiri dari dua kutub. Kutub yang satu merupakan lambang atau keadaan
sakit dan yang lain lambang atau keadaan sehat optimal. Manusia biasanya berada
di antara dua kutub ini, kadang-kadang ia sakit dan kadang-kadang merasa pada
posisi sehat.
Konsep kesehatan yang dikembangkan
oleh Halbert dikatakan bahwa sehat adalah suatu keadaaan ketika seseorang dapat
berfungsi dengan baik karena potensi orang tersebut sedang dipuncaknya. Menurut
parson (1972), sehat adalah kemampuan untuk melaksanakan peran dan fungsinya
secara efektif, sedangkan Dubos (1978) mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu
proses yang kreatif, individu secara aktif dan terus menerus mengadaptasi
lingkungan. Pendapat beberapa ahli keperawatan tentang kesehatan antara lain
adalah pendapat Peplau H., yang mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu proses yang
berlangsung dan mengarah kepada kreativitas, konstruktif serta produktif.
Sedangkan Orem E. D., berpendapat bahwa kesehatan adalah integritas individu
dan pemeliharaan diri sendiri secara umum merupakan dasar untuk dapat berfungsi
secara optimal. Pendapat lain diutarakan oleh King M.E., bahwa kesehatan adalah
keadaan yang dinamis dalam siklus kehidupan manusia untuk memperoleh adaptasi secara terus menerus
terhadap stress.
Definisi sehat terkini yang dianut
oleh beberapa Negara maju seperti Kanada
yang mengutamakan konsep sehat-produktif, sehat adalah sarana atau alat
untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk
dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa hidup
produktif (Sampoerna D., 1999). Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna
dalam konsep sehat, serta memiliki makna tersendiri bagi para ahli
kesehatan masyarakat di dunia dan di
anggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru,
karena sejak tahun tersebut terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan
internasional tentang karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan
pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat (Sampoerna D., 1999).
Bagi persepsi kesehatan individu
yang antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Suatu keadaan bebas
dari gejala penyakit dan rasa nyeri apabila memungkinkan.
b. Dapat
aktif dan melakukan suatu kegiatan yang diinginkan sebanyak-banyaknya.
c. Mempunyai
semangat yang tinggi setiap saat.
Kesehatan
individu tidak dapat dicapai secara tiba-tiba, tetapi merupakan suatu proses
dalam mengelola kehidupannya sendiri dengan cara mengatur dan mengembangkan
setiap aspek dari tubuh, aka;/pikiran, dan perasaan sehingga tercapai
keseimbangan yang harmonis. Perawat perlu memahami persepsi tentang sehat dari
setiap pasiennya sehingga ia dapat membantu
untuk pencapaian kondisi sehat yang diinginkan pasien. Untuk dapat
memfasilitasi p-engembangan kesehatan individu yang diinginkan.
2.2.2
Kesehatan
dan kesejahteraan prima
Kesehatan
prima adalah suatu keadaan yang sejahtera, yang berarti adanya sikap dan
perilaku yang mencerminkan kualitas hidup yang tinggi serta adanya tingkat
potensial maksiamal dari individu (Anspaugh, Hamrick & Rosata, 1991).
Konsep dasar dari kesehatan prima antara lain mencakup idu, pencapaian tujuan,
dinamis, pertumbuhan proses.
Kesehatan
prima adalah keputusan suatu pilihan untuk dapat mencapai kesehatan
optimal.Kesehatan prima adalah jalan hidup yang di ambil dengan mengubah gaya
hidup guna mencapai potensial tertinggi untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Kesehatan
prima adalah suatu proses dalam mengembangkan kesadaran diri supaya tidak
berakhir pada titik, tetapi tetap sehat dan berbahagia di setiap kejadian,
tempat dan waktu.
Kesehatan
prima merupakan saluran energi yang efisien, energi diterima dari lingkungan
yang dipindahkan ke diri sendiri dan dikirim untuk memengaruhi dunia luar.
Kesehatan
prima adalah bentuk integrasi dari tubuh, akal dan perasaan yang dinilai dari
setiap kegiatan yang dilakukan, buah pikiran dan perasaan serta percaya adanya
pengaruhnya terhadap kesehatan.
Kesehatan
prima adalah penerimaan dan kecintaan pada apa yang dipunyai.Pengambilan
keputusan sehari-hari dalam area nutrisi, pengelolaan stres, olahraga fisik,
pelaksanaan upaya pencegahan, kesehatan emosi dan aspek kesehatan lain yang
sangtat baik secara keseluruhan dalam individu.
Menurut
Heddy dan Pepper (1993), pendapat tentang sehat-sejahtera prima masih
membingungkan, tetapi secara garis besar dapat diartikan sebagai hal yang
subjektif , yang diartikan sebagai suatu keadaan seimbang,harmonis dan
vitalitas hidup yang tinggi. Secara objektif dapat dideskripsikan sebagai suatu
keadaan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia. Travis dan Ryan (1988),
mengatakan bahwa sehat prima adalah kemampuan individu untuk memilih jalan
hidupnya, mampu berproses, penggunaan energi yang efisien, terjadinya integrasi
yang baik antara tubuh, akal dan perasaan dan dapat menerima serta mencintai
apa yang dipunyainya.
Anspaugh,
dkk (1991) mengusulkan adanya lima dimensi dalam sehat optimal, yang mewujudkan
adanya kesehtan dan kesejahteraan prima manusia yang harus memenuhi kriteria
dalam setiap dimensi berikut.
a.
Dimensi
fisik
Kemampuan
untuk menyelesaikan tugasnya sehari-hari, pencapaian kebugaran (seperti kardiovaskuler,paru-paru
dan gastrointestinal), menjaga nutrisi tetap adekuat dan ketepatan proporsi
tubuh dari timbunan lemak, bebas
dari penggunaan obat-obatan,alkohol
serta rokok dan secara umum mempraktikkan gaya hidup positif.
Kemampuan
berinteraksi secara baik dengan sesama dan lingkungannya, dan dapat menjaga dan
mengembangkan keakraban individu dan dapat menghargai serta toleransi pada
setiap pendapat dan kepercayaan yang berbeda.
b.
Dimensi
emosional
Kemampuan
untuk mengelola stres dan mengekspresikan emosinya yang dapat diterima oleh
pihak lain. kesehatan emosi mencakup kemampuan untuk bertanggung jawab,
menerima dan menyampaikan perasaanya serta dapat menerima keterbatasan orang
lain.
c.
Dimensi
intelektual
Kemampuan
untuk belajar dan menggunakan informasi secara efektif antarpersonal, keluarga
dan pengembangan karier. Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk secara
terus menerus tumbuh dan belajar guna beradaptasi secara efektif dengan
perubahan baru.
d.
Dimensi
spiritual
Percaya adanya beberapa kekuatan
(seperti alam,ilmu pengetahuan, agama dan bentuk kekuatan lain) yang diperlukan
manusia dalam mengisi kehidupannya. Setiap individu mempunyai nilai, moral dan
etika yang dianut.
Setiap komponen dapat terjadi
tumpang tindih, faktor dalam komponen satu secara langsung sering mempengaruhi
faktor lain, contoh: seseorang yang belajar mengontrol tingkat stres dari
fisiknya diharapkan juga dapat menjaga stamina emosinya yang digunakan dalam
menanggulangi krisis. Kesehatan prima mencakup semua aspek kerja dalam model.
2.2.3
Kesehatan
komunitas.
Komunitas
merupakan kumpulan orang yang berbagi beberapa karakteristik dalam kehidupan
mereka. Dapat berarti bahwa mereka hidup pada lokasi yang sama, datang ke
gereja tertentu, atau bahkan berbagi minat yang sama, seperti melukis. Kelompok
yang membentuk komunitas atas dasar kesamaan minat anggotannya sering kali
disebut sebagai komunitas minat (mis. Kelompok agama atau budaya). Komunitas
juga dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang anggotanya berinteraksi
baik secara formal maupun informal dan membentuk jaringan yang bekerja untuk
kepentingan semua orang di komunitas. Dalam kesehatan komunitas, komunitas
dapat dipandang memiliki masalah kesehatan yang sama, misalnya insiden
mortalitas atau tuberkolosis bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit
menular lain. Keperawatan komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan
kelompok populasi.
Menurut
kamus,community adalah masyarakat
yaitu sekumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dangan ikatan-ikatan
aturan tertentu (Poerwadarminta, 1991). Menurut Effendy N. (1997), unit-unit
masyarakat adalah komuniti, keluarga, kelompok yang mempunyai tujuan dan nilai
yang sama. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas adalah suatu
kesatuan hidup manusia, yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu
komunitas.
Dalam
kozier dkk (1997) dikatakan bahwa komunitas adalah sekumpulan orang, tempat
mereka dapat berbagi atribut dalam kehidupannya. Dapat disebabkan karena mereka
tinggal dalam satu lokasi, mempunyai tempat ibadah yang sama, atau adanya
kesamaan minat seperti pekerjaan. Komunitas juga dapat diartikan sebagai sistem
sosial yang setiap anggotanya baik formal maupun informal saling berinteraksi
dan bekerja sama untuk suatu keuntungan bagi seluruh anggotanya. Juga dikatakan
bahwa ada lima fungsi komunitas, yaitu: produksi, distribusi, konsumsi dan
pelayanan yang baik,sosialisasi, kontrol sosial, interpartisipasi sosial serta
dukungan mutualistis.
Dalam
kesehatan komunitas, komunitas dapat mempunyai pandangan yang sama terhadap
masalah kesehatan yang ada di lingkungannya, contohnya adalah tingginya insiden
kematian bayi atau penyakit menular yang meresahkan seperti tuberkulosis atau
infeksi HIV. Stanhope dan Lancaster (1996), mendefinisikan perawatan dan
praktik kesehatan umum yang diaplikasikan untuk promosi dan melindungi
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan bersifat umum dan komprehensif
dengan menitik beratkan pada pertanggung jawaban kepada masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut
Effendy N. (1997), ada dua istilah yang perlu dipahami sebelum membahas
keperawatan kesehatan komunitas, yaitu Publik
Health Nursing (PHN) dan Community
Health Nursing (CHN). Kedua istilah
tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia mempunyai arti yang sama
yaitu keperawatan kesehatan masyarakat. Public
Health Nursing dikatakan sebagai istilah lama, sebagai contohnya adalah
buku yang ditulis oleh Ruth B. Freeman dengan judul Public Health Nursing Practice (1981), Freeman tidak lagi
menggunakan istilah Public melainkan
diganti dengan istilah Community (Effendy
N., 1977). Menurut Effendy, pembahasan istilah tersebut disebabkan karena
publik mengandung pengertian sangat luas, tidak jelas batasnya, sulit untuk mengukur
sasarannya dan pembinaan.
A. Lima
fungsi utama Komunitas
1. Produksi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa kesemuanya merupakan cara komunitas
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya. Fungsi ini meliputi tidak hanya
berupa penyediaan makanan dan pakaian, tetapi penyediaan air, listrik, dan
perlindungan polisi dan pemadaman kebakaran, dan pembuangan sampah.
2. Sosialisasi.
Sosialisasi merujuk pada proses transmisi nilai, pengetahuan, budaya dan
keterampilan kepada orang lain. Komunitas biasanya memiliki sejumlahinstitusi
yang didirikan untuk sosisalisasi, keluarga, gereja, sekolah, media, organisasi
sosial dan sukarela dan lain sebagainya.
3. Kontrak
sosial. Kontrak sosial merujuk pada cara pemeliharaan tata tertib di dalam
komunitas. Hukum ditegakkan oleh polisi,, regulasi, kesehatan masyarakat
dijlankan untuk melindungi masyarakat dari penyakit tertentu. Kontrak sosial
juga dilakukan dalam keluarga, gereja, dan sekolah.
4. Interpartisipasi
sosial. Interpartisipasi sosial merujuk pada aktivitas komunitas yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap persahabatan, kelurga, dan gereja
sejak lama telah memenuhi kebutuhan ini meskipun demikian berbagai organisasi
negeri dan swasta juga menyediakan fungsi ini.
5. Dukungan
bersama. Dukungan bersama merujuk pada kemampuan komunitas untuk menyediakan
sumber daya saat terjadi penyakit atau bencana. Meskipun keluarga diandalkan
untuk memenuhi fungsi ini, layanan kesehatan dan sosial mungkin diperlukan
untuk menambah bantuan, keluarga, jika bantuan diperlukan untuk waktu yang
lama.
B. Sepuluh
Karakteristik Komunitas Sehat
1.
Merupakan komunitas
yang anggotanya memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sebagai komuntas.
2.
Menggunakan sumber daya
alam sambil melakukan langkah untuk menghematnya demi generaasi mendatang.
3.
Secara terbuka
mengenali adanya sub kelompok dan menerima partisipasinya dalam kegiatan
komunitas.
4.
Siap menghadapi kritis.
5.
Merupakan kominitas
penyelesai masalah, dapat mengidentifikasi, menganalisis, atau mengatur untuk
memenuhi kebutuhannya.
6.
Mempunyai saluran
komunikasi yang terbuka yang memungkinkan aliran komunikasi diantara semua sub
kelompok warga komunitas di semua arah.
7.
Selalu berusaha untuk
membuat sumber daya sistem selalu tersedia bagi semua anggota komunitas.
8.
Memiliki cara yang sah
dsan efektif untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi didalam komunitas.
9.
Mendorong partisipasi
maksimal dari warga komunitas dalam pengmabilan keputusan.
10. Meningkatkan
derajat kesejahteraan diantara anggota komunitas.
C. Pusat Kesehatan Komunitas
1. Sekolah atau kampus
Pelayanan
yang diselenggrakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan
derajat kesehatan dan pendidikan seks,. Selain itu perawat yang bekerja
disekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada penyakit akkut
yang bukan kasusu kegawadaduratan seperti influenza.
2. Lingkungan kesehatan kerja
Asuhan
keperawatan ditempat ini bertujuan untuk
a. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengnan
mengurangi jumlah kecelakaan yang ada.
b. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c. Mengurangi transmisi penyakit antar sesame anggota
kerja.
d. Memberikan program peningkatan kesehatan
e. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedariratan
dan memberikan pertolongan pertama.
3. Lembaga kesehatan perawatan di rumah
Perawat
dibidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan dirumah, misalnya,
perawatan dirumah, home care.
4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Seorang
perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawat lain.
Selain itu dimanapun perawat bekerja dituntut untuk memberikan pelayanan yang
terbaik.
D. Aspek
Utama Pengkajian Komunitas
1.
Lingkungan fisik.
Tentukan batas alam,
ukuran, dan densitas populasi : jenis tempat tinggal, dan insiden kejahatan,
vandalisme,dan penyalahgunaan obat.
2.
Pendidikan
Pertimbangan fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan sekolah yang ada, jenis dan jumlah layanan
kesehatan yang ditanggani oleh pihak sekolah, program makan siang disekolah,
olahraga ekstrakulikuler, perpustakaan, dan layanan konseling, program
pendidikan kontinu atau program pendidikan jangka panjang dan tingkat
keterlibatan orang tua disekolah.
3.
Keamanan dan
transportasi
Pertimbangan layanan
pemadam kebakaran, polisi, dan sanitasi, sumber air dan perawatannya, kualitas
udara, layanan pembuangan sampah, ketersediaan dan keamanan transportasi umum,
dan ketersediaan layanan ambulans.
4.
Politik dan pemerintah.
Pertimbangan jenis
pemerintahan, organisasi yang aktif dikomunitas, orang-orang berpengaruh dikomunitas isu-isu terbaru yang
muncul pada pemilihan suara lokal, dan rata-rata jumlah peserta pemilihan.
5.
Layanan kesehatan dan
sosial
Pertimbangan fasilitas
rumah sakit, fasilitas layanan kesehatan, dan layanan kesehatan yang tersedia,
jumlah , jenis, dan beban kasusu rutin profesional kesehatan komunitas,
kemudahan akses ke layanan kesehatan secara geografi, ekonomi, dan budaya.
Sumber informasi kesehatan tingkat imunisasi diantara anak-anak dan orang
dewasa, harapan hidup dikomunitas, ketersediaan layanan kesehatan dirumah dan
perawatan jangka panjang, ketersediaan layanan transportasi disemua fasilitas
kesehatan utama.
6.
Komunikasi.
Pertimbangan koran
lokal, stasiun radio, dan televisi, jasa pas, akses internet, dan layanan
telepon, frekuensi forum, publik, dan adanya papan buletin informal.
7.
Ekonomi
Pertimbangan industri
dan pekerjaan utama, presentase populasi yang bekerja atau sekolah, tingkat
pendapatan serta kualitas dan jenis perumahan, program kesehatan kerja,
perusahaan besar dikomunitas.
8.
Rekreasi
Pertimbangan fasilitas
rekreasi baik didalam komunitas maupun diluar komunitas, teater dan bioskop,
jumlah dan jenis gereja dan layanan agama, jumlah dan pemanfaatan taman
bermain, kolam renang, taman dan fasilitas olahraga, tingkat partisispasi dalam
berbagai program gereja, jumlah dan jenis komite sosial, organisasi, dan klub
yang ada.
Sumber data pengkajian
komunitas.
a.
Peta untuk melihat
batas komunitas, jalan, tempat ibadah, sekolah, taman, rumah sakit dan
sebagainya.
b.
Data sensus negara
bagian untuk komposisi dan karakteristik populasi.
c.
Kamar dagang untuk
statistik ketenagakerjaan, industriu utama, dan pekerjaan primer.
d.
Departemen kesehatan
negara bagian atau daerah untuk lokasi fasilitas kesehatan, program kesehatan
kerja, jumlah profesional kesehatan, jumlah penerima santunan, dan sebagainya.
e.
Dewan rencana kesehatan
kota atau regional untuk kebutuhan dan praktik kesehtan.
f.
Buku telepon untuk
lokasi organisasi, komite dan fasilitas sosial,rekreasi, dan kesehatan.
g.
Perpustakaan umum dan
poerpustakaan untuk pelaporan penelitian sosial, dan budaya daerah.
h.
Administrasi fasilitas
kesehatan untuk informasi tentang beban kasusu pegawai, jenis masalah yang
sering muncul dan kebutuhan yang dominan.
i.
Direktur taman hiburan
untuk program yang disediakan dan tingkat kedatangan.
j.
Departemen kepolisisan
untuk insiden kejahatan, vadalisme, dan kecanduan obat-obatan.
k.
Guru dan perawat
sekolah untuk insiden masalah kesehatan anak dan informasi mengenai fasilitas
dan pelayanan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
l.
Koran lokal untuk
aktivitas komunitas yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan, seperti
penyuluhan kesehatan atau pameran kesehatan.
Layanan kompuyter
online yang dapat memberikan akses terhadap dokumen publik yang berhubungan
dengan kesehtaan komunitas.
E. Perencanaan
dan Implementasi.
Perencanaan
kesehatan komunitas dapat ditujukan untuk memperbaiki manajemen krisis,
pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, atau promosi kesehatan. Tanggung
jawab perencanaan pada tingkat komunitas biasanya berbasis luar. Sumber daya
pasti dan keterampilan anggota komunitas sering kali bergantung pada ukuran
komunitas. Kelompok perencanaan berbasisi luas berpeluang besar menciptakan
rencana yang dapat diterima anggota komunitas lain. Selain itu, orang-orang
yang terlibat dalam perencanaan menjadi tahu tentang masalah, sumber daya, dan
interhubungan dalam sistem.
Ketika menetapkan
prioritas, perencanaan kesehatan harus bekerja sama dengan konsumen, kelompok
kepentingan, atau pihak lain yang terlibat untuk membuat pioritas masalah
kesehatan. Penting untuk mempertimbangkan nilai dan kepentingan anggota
komunitas, beratnya masalah, dan sumber daya yang tersedia untuk
mengidentifikasi dan melakukan tindakan terhadap maslah. Rencana cenderung
menghasilkan perubahan, sehingga anggota kelompok perencana harus memahami dan
menggunakan teori perubahan yang terencana.
F. Evaluasi
Dalam kesehatan komunitas, evaluasi
menentukan apakah intervensi yang direncanakan memfasilitasi pencapaian tujuan
dan sasaran yang dibuat, misalnya apakah cakupan imunisasi anak prasekolah
meningkat? Karena kesehatan komunitas biasanya merupakan proses kolaborasi
antara penyedia layanan kesehatan, pemimpin masyarakat, politikus, dan
konsumen, semua pihak tersebut dapat terlibat dalam proses evaluasi. Sering
kali, perawat komunitas merupakan agen evaluasi, yang melakukan pengumpulan dan
pengkajian data yang menentukan keefektifan pelaksanaan program.
2.3
Konsep
Dasar Keperawatan Komunitas.
2.3.1
Definisi dan Tujuan
a. Definisi
Pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan ( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin, 1987 )
b. Tujuan
Tujuan
dari keperawatan komunitas adalah untuk upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya sebagai berikut
1.
Pelayanan keperawatan
langsung ( Direct care ) terhadap individu, keluarga, kelompok dalam konteks
komunitas
2.
Perhatian langsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
atau issue kesehatan masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Table 3-1
Perbandingan antara focus kesehatan tradisional dengan promosi kesehatan dan
harapan. (sumber: kozier,1997).
|
Tradisional
|
Promosi
kesehatan
|
Harapan
|
Tujuan
utama
Pesan
pokok
Agens
perubahan
Target
Lamanya
intervensi
|
Identifikasi
dan koreksi masalah
Perawatan
prefesional kesehatan akan melayani anda
Pengobatan
Masalah
Berakhir
setelah masalahnya selesai
|
Pencegahan
penyakit dan mengurangi resiko
Anda
akan panjang umur jika terbebas dari penyakit
Informasi
dan perubahan perilaku
Individu,
keluarga dan masyarakat
Sesuai
dengan waktu berlangsungnya program atau kelas
|
Peningkatan
kesehatan
Anda
bertanggung jawab dan akan lebih baik dengan dukungan
Pengalaman
yang positif dan pengaruh budaya
Klien
dan budayanya
Terus
menerus
|
2.3.2
Kegiatan
Promosi Kesehatan
Pendekatan
dari organisasi promosi kesehatan, pusat kesejahteraan dan pusat kesehatan
tradisional menggunakan pendekaatan yang berbeda dapat dilihat pada table 3-1
kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan pada tingkat pemerintah seperti
program perbaikan gizi secara nasional atau kegiatan pada tingkat personal
sebagai contohnya adalah program latihan individu.
Program
promosi kesehatan pada tingkat individu dapat dilakukan secara aktif atau
pasif. Strategi pasif digunakan pada klien yang menerima usaha promosi kesehatan.
Contohnya adalah adanya usaha pemeliharaan dan pengadaan air bersih serta
pembuangan limbah, hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Strategi
aktif bergantung pada komitmen individu serta keterlibatannya dalam mengadopsi
program promosi untuk kesehatannya. Strategi aktif sangat penting untuk
mengontrol kehidupan dan tanggung jawabnya terhadap kesehatannya sendiri.
Contoh strategi aktif dalam mengubah pola hidup adalah: (1) pengelolaan program
diet guna memperbaiki nutrisi, (2) program bantuan diri untuk mengurangi stress
yang berhubungan dengan orang tua, (3) program latihan untuk kekuatan dan
ketahanan otot, (4) kombinasi diet dan latihan guna mengontrol/menurunkan berat
badan. Usaha kesehatan yang paling baik adalah kombinasi dari strategi pasif
dan aktif.
A. Tipe
program promosi kesehatan :
Berbagai variasi
program dapat digunakan dalam promosi kesehatan, yang antara lain adalah
1. Penyebarluasan
informasi.
Penyebaran
informasi merupakan tipe dasar dalam promosi kesehatan. Metode yang digunakan
dapat bervariasi yang antara lain adalah penggunaan koran, brosur, poster,
gambar atau buku. Informasi yang disebarkan pada masyarakat terutama yang
berkaitan dengan perubahan pola hidup dan perilaku individu untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Sebagai contoh adalah bahaya mengemudikan mobil bila dalam
keadaan mabuk, perlunya imunisasi pada bayi dan anak, hipertensi, bahaya
penggunaan obat – obat terlarang, AIDS dan sebagainya. Penyebaran informasi
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian individu dan kelompok
pada kebiasaan hidup sehat.
2. Pengkajian
tampilan kesehatan dan harapan.
Dilakukan
untuk memotivasi individu agar dapat secara spesifik mengurangi resiko dan
dapat mengembangkan kebiasaan hidup sehat. Pengkajian harapan difokuskan pada
pengingkatan penggunaan metode yang lebih positif.
3. Perubahan
pola hidup dan perilaku.
Kegiatan ini menuntut partisipasi
individu untuk dapat mengubah kualitas hidup secara umum individu akan mengubah
gaya hidupnya setelah mendapatkan informasi dan merasa perlu adanya perubahan
perilaku yang lebih menguntungkan bagi dirinya.
4. Program
control lingkungan.
Mempunyai
pengembangan respons dalam menumbuhkan kepedulian manusia terhadap lingkungan
yang membahayakan dirinya seperti racun, polusi udara maupun air.
B. Seting
kegiatan promosi kesehatan
Program
promosi kesehatan dapat dilakukan baik secara individu maupun pada keluarga di
rumah atau pada komunitas yang dilakukan di sekolah, tempat kerja maupun rumah
sakit. Banyak individu akan merasa nyaman jika mempunyai perawat, konsultan
diet atau pelatih kebugaran yang datang kerumahnya untuk memberikan penyuluhan
dan mengikuti perkembangannya sesuai dengan kebutuhan.
Tipe
program diupayakan agar tidak membebani pembiayaan, oleh kerena itu pendekatan
kelompok atau grup jauh lebih efektif karena selain lebih murah juga memotivasi
untuk terlaksananya program dengan baik. Program komunitas biasanya dilakukan
beberapa kali di suatu kota atau negara. Tipe program bergantung pada keahlian
kelompok/institusi yang melaksanakannya seperti promosi kesehatan, proteksi
spesifik, dan skrining untuk deteksi dini suatu penyakit.
Departemen
kesehatan setempat melakukan program imunisasi, skrining tekanan darah,
departemen pemadam kebakaran yang mengajarkan cara pencegahan kebakaran, serta
polisi yang mengajarkan program naik sepeda yang aman bagi anak – anak. Rumah
sakit mulai memperhatikan promosi dan prevensi dengan focus pada kesehatan
pegawai. Karena bekerja dalam lingkungan yang berdampak stress sebagai akibat
dari pekerjaan yang penuh resiko dan juga mengubah pola hidup serta kebiasaan
yang dilakukan sebab harus memprioritaskan jadwal dinasnya. Program yang
diajukan oleh organisasi kesehatan berfokus pada upaya preventif yang spesifik,
seperti infeksi control, pencegahan kebakaran, pencegahan cidera tulang
punggung dan pembatasan dampak negative dari sinar X.
Semua
manajer harus memahami masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan pola hidup
pegawai seperti pembatasan merokok, latihan fisik dan kebugaran, mengurangi
stress dan managemen waktu. Setelah itu program meningkat ke yang lebih luas
dan bervariasi yang dilakukan pada masyarakat sekitar rumah sakit, dengan
demikian rumah sakit mendapatkan tambahan pemdapatan.
Program
Promosi Kesehatan di sekolah dilakukan untuk dapat memberikan pengetahuan dasar
pada anak tentang personal higiane dan issue ilmu kesehatan. Sebab sekolah
merupakan focus dari kehidupan anak untuk beberapa tahun, sekolah merupakan
tempat pelayanan yang efektif, murah, dan nyaman bagi terlaksananya program
kesehatan. Perawat sekolah dapat mengajarkan tentang nutrisi dasar, perawatan
gigi, aktivitas dan permainan, obat dan minuman terlarang, kekerasan domestic,
eksploitasi/penganiayaan anak dan issue yang berhubungan dengan seksual dan
kehamilan. Guru di sekolah juga dapat ikut berperan dalam menanamkan pola hidup
sehat, seperti kebutuhan udara bersih, air bersih dan kesehatan lingkungan.
Program
di tempat kerja juga perlu dikembangkan, sebagai indicator dapat dilihat angka
absensi karyawan yang sakit. Oleh karena itu perlu adanya program yang terkait
dengan kebutuhan dan kenyamanan kerja, seperti adanya kantin yang memenuhi
kesehatan, standart udara yang baik di kantor, pencegahan kecelakaan kerja,
skrining tekanan darah, informasi tentang teknik relaksasi dan kebugaran.
Keuntungan dari karyawan yang mendapatkan program kesehatan dengan baik adalah
adanya perasaan sejahtera, sehat optimal, pengontrolan berat badan serta
menurunnya stress akibat kerja. Sedangkan keuntungan dari institusi/rumah sakit
yang mempunyai program kesehatan untuk pegawainya adalah meningkatkan motivasi
dan produktivitas kerja, pengingkatan moral pegawai, menurunnya absensi dan
turunnya “turn over”.
2.3.3
Model
Promosi Kesehatan
Ada
tiga model promosi kesehatan yang banyak dianut pada saat ini yaitu :
1. Model
promosi kesehatan menurut Pender
Model
dari Nola Pender, menekankan pada promosi kesehatan daripada perilaku proteksi
atau prevensi. Model ini mempunyai tiga kategori perilaku promosi yaitu (a)
factor kognitif dan persepsi, (b) factor modifikasi, (c) pilihan kegiatan.
Factor
kognitif dan persepsi. Factor kognitif dan persepsi merupakan pengantar utama
dalam mekanisme motivasi untuk memperoleh dan mempertahankan perilaku promosi
kesehatan yang cukup hal – hal sebagai berikut.
a. Pentingnya kesehatan,
informasi kesehatan ditempatkan pada posisi yang tinggi, hal ini diperlihatkan
dengan perilaku membaca informasi tentang kesehatan dari buku – buku saku yang
ada.
b. Control kesehatan, masyarakat
mengetahui bahwa dirinya dikontrol kesehatannya. Control dilakukan dengan
melihat perilaku masyarakat itu sendiri seperti kebiasaan merokok dan
kedisiplinan penggunaan sabuk pengaman di dalam mobil.
c. Memaksimalkan usaha
sendiri, konsep ini merujuk pada suatu keyakinan
individu bahwa dirinya telah berhasil mencapai apa yang diinginkan, sebagai
contohnya adalah pencapaian berat badan ideal sebagai hasil dari latihan yang
teratur.
d. Pengertian kesehatan, cara
seseorang mendefinisikan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ketertarikannya pada
perilaku promosi kesehatan.
e. Status kesehatan, pencapaian
status kesehatan dapat dipengaruhi oleh frekuensi dan intensitas dari perilaku
promosi kesehatan yang diterima.
f. Keuntungan dari promosi
kesehatan, keuntungan yang didapat dari promosi
kesehatan (contoh kebugaran fisik, kesejahteraan psikologis dan menurunnya
stress) dipengaruhi oleh tingkat partisipasi individu dalam melaksanakan
program promosi kesehatan. Dengan pengulangan perilaku itu sendiri merupakan
kekuatan dan pendorong untuk mendapatkan keuntungan dalam memperoleh kesehatan
yang optimal.
g. Rintangan, persepsi
individu tentang rintangan dalam melaksanakan program adalah keterbatasan waktu
dan fasilitas sehingga sulit mewujudkan kegiatan tersebut.
Factor
modifikasi mencakup hal – hal sebagai berikut :
a. Factor demografi
seperti : umur, jenis kelamin, ras, suku,
pendidikan dan penghasilan.
b. Karakteristik biologis
seperti : presentase lemak dan total berat badan
yang berkaitan dengan ketaatannya berlatih.
c. Pengaruh interpersonal
seperti : harapannya kepada seseorang yang
berarti dalam hidupnya, pola perawatan kesehatan keluarga dan interaksinya
dengan petugas kesehatan professional.
d. Factor situasi seperti :
kemudahan untuk mendapatkan alternative promosi kesehatan dan pilihan
lingkungan (contoh : hotel dan menu restoran merupakan pilihan yang terjaga
kesehatannya).
e. Factor perilaku seperti
: pengalaman yang diperoleh, pengetahuan dan
keterampilan dalam mempromosikan kesehatan.
Pilihan
seseorang terhadap kegiatan promosi kesehatan bergantung pada pilihan internal
dan pilihan eksternal. Pilihan internal adalah ketertarikan seseorang pada
potensi untuk bertumbuh atau meningkatkan perasaan sejahtera. Pilihan
eksternal, dapat dilihat dari pembicaraan seseorang tentang pola perilakunya
serta informasi yang di dapat dari media cetak tentang kesehatannya seseorang
atau keluarganya dan perhatiannya terhadap lingkungan.
2. Model
promosi kesehatan menurut Kulbok
Model
Kulbok menekankan pada perilaku kesehatan yang sifatnya preventif. Kegiatan
yang di lakukan merupakan upaya maksimal dalam menyimpan kesehatan (“stock in
health”). Hipotesis yang disampaikan adalah pentingnya factor social dan sumber
kesehatan bagi seseorang. Sumber social merujuk pada tingkat pendidikan dan
penghasilan keluarga. Sumber kesehatan merujuk pada kesejahteraan psikologis
secara umum, persepsinya tentang kesehatan itu sendiri, status kesehatan,
tingkat energy/kekuatan, kemampuannya menggunakan sumber kesehatan yang ada,
partisipasi dalam kelompok social dan jumlah dari teman – teman akrab yang
dapat membantunya.
Perilaku
preventif berhubungan dengan kegiatan fisik, diet, tidur, merokok, minum
alcohol, minum kopi, higiane gigi, penggunaan sabuk pengaman, pemanfaatan
tenaga kesehatan professional untuk mencegah penyakit serta control tekanan
darah.
3. Model
promosi kesehatan menurut Neuman
Dalam
model promosi kesehatan yang disampaikan oleh Betty Neuman (1995), prevensi
kesehatan terdiri dari tiga tingkat yaitu primer, sekunder, dan tersier. Factor
yang terpenting adalah adanya garis pertahanan pada setiap individu. Klien
menurut Neuman adalah suatu system terbuka yang terdiri dari struktur dasar
atau sumber energy inti pusat (fisiologi, psikologi, sosiokultural, dan
spiritual) dikelilingi oleh dua lingkaran konsentris atau garis pertahanan,
garis perlawanan menunjukkan factor internal yang membantu klien bertahan
melawan stressor di luar garis pertahanan. Pada bagian dalam/garis normal
pertahanan menggambarkan garis yang kuat, menunjukkan keadaan individu seimbang
atau keadaan beradaptasi, garis pertahanan fleksibel digambarkan sebagai garis
patah – patah bersifat dinamis dan
secara cepat berubah melebihi periode yang pendek. Ini merupakan penyangga
perlindungan yang mencegah stressor masuk ke dalam garis normal pertahanan
variable tertentu (misal, gangguan tidur) dapat menyebabkan perubahan yang
cepat dalam garis fleksibel pertahanan.
Neuman
menjelaskan bahwa stressor sebagai kekuatan di lingkungan yang mengubah system
kestabilan. Stressor dikategorikan sebagai stressor intrapersonal yang terjadi
di dalam individu, misalnya infeksi. Stressor interpersonal terjadi di antara
individu misalnya pengharapan peran yang realistic, sedangkan stressor
ekstra-personal terjadi di luar individu contohnya adalah masalah keuangan
Faktor kognitif | |||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
Faktor modifikasi | ||||||
|
||||||
|
||||||
|
||||||
|
||||||
|
Reaksi
individu terhadap sressor bergantung pada tingkat kekuatan garis pertahanannya,
bagian dari reaksi sistem individu dapat beradaptasi terhadap stressor dan efek
ini dikenal sebagai rekonstruksi keperawatan yang berfokus pada pertahanan
kestabilan system intervensi keperawatan terdiri dari :
a) Prevensi
primer, mengidentifikasi factor resiko, berusaha mengurangi stressor dan
berfokus pada melindungi garis pertahanan normal dan memperkuat garis fleksibel
pertahanan.
b) Prevensi
sekunder, berhubungan dengan interaksi atau tritmen aktif segera setelah gejala
terjadi. Focus memperkuat garis pertahanan, mengurangi reaksi dan meningkatkan
factor pertahanan lain.
c) Prevensi
tersier, merujuk pada intervensi sekunder yang telah dilakukan. Focus pada
adaptasi ulang dan stabilitas serta proteksi pada rekonstruksi atau kembali
sehat setelah pengobatan. Perawat menekankan pada pendidikan klien dalam
memperkuat garis pertahanan terhadap stressor dan cara untuk mencegah reaksi
ualang atau regresi.
2.3.4
Tahap
Perubahan Perilaku Kesehatan
Perubahan
perilaku kesehatan merupakan suatu fenomena siklik yang terjadi dalam beberapa
tahap. Tahap pertama merupakan suatu tingkatan ketika individu belum berfikir
secara serius tentang perubahan perilaku, dengan waktu seseorang akan mencapai
tahap akhir, ia akan mampu melakukan perubahan dengan baik. Salah satu model
perubahan yang dianut adalah model Prochaska dan Diclemente (1982, 1992) yang
terbagi dalam tahap – tahap sebagai berikut : (1) sebelum niat dilaksanakan,
(2) niat, (3) persiapan, (4) kegiatan, (5) mempertahankan.
Seseorang
tidak selalu berhasil dalam melaksanakan tahap – tahap tersebut. Oleh karena
itu seorang perawat harus memahami teori perubahan perilaku ini agar dapat
membantu kliennya dengan baik (lihat Tabel 3-2).
1. Tahap
sebelum niat dilaksanakan. Seseorang belum berfikir untuk mengubah perilakunya,
juga belum mempunyai niat untuk mencari informasi tentang perilaku. Aspek
negative yang muncul karena belum mengetahui keuntungan yang akan didapat dari
perubahan tersebut. Banyak orang mempercayai bahwa perilaku dapat di control
oleh individu sendiri dan dapat juga mendatangkan penolakan atau konfrontasi
terhadap informasi.
2. Bagaimana
seseorang secara serius ingin mengubah perilaku yang spesifik, secara aktif
mengumpulkan informasi, menyatakan secara verbal tentang rencana perubahan
perilaku dimasa yang akan datang. Pada fase ini individu mulai percaya bahwa
perubahan perilaku akan membuat kesehatannya menjadi lebih baik. Kadang –
kadang orang menjadi bimbang.
Table 3-2
contoh strategi perawat untuk setiap tahap perubahan perilaku. (sumber: kozier,
1997.)
Tahap
|
Strategi Perawat
|
Sebelum niat dilaksanakan
Niat
Tahap persiapan
Tahap kegiatan
Tahap mempertahankan
|
Membuat klien menyadari
pentingnya perilaku sehat, seperti latihan diet, berhenti merokok, secara
rutin pemeriksaan kesehatan.
Melengkapi informasi tentang
keuntungan perilaku kesehatan yang spesifik, contohnya; menjelaskan kaitannya
antara batuk dan merokok serta dampaknya terhadap jantung.
Gali kepercayaan dan perasaan
klien tentang perilaku sehat.
Identifikasi keberhasilan dari
perubahan perilaku; seperti menurunnya berat badan, tambahnya kepercayaan
diri serta berikan umpan balik yang positif.
Secara kontinu melengkapi
informasi. Informasi yang diberikan harus akurat dan adekuat.
Mendorong klien untuk dapat
memutuskan pilihan dari beberapa alternated yang ada. Mendorong klien untuk
dapat mengekspresikan perasaan ambivalen yang ada termasuk pasangannya
(contoh: berkaitan dengan diet).
Bantu klien untuk
mendapatkan/mengklarifikasi nilai yang berkaitan dengan perilaku kesehatan
dan dorong agar dapat mempertimbangkan apa yang akan diinginkannya, contoh
keinginan untuk berhenti merokok atau menurunkan berat badan.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi tekanan social yang mendorong pada perilaku sehat (contoh:
dilarang merokok di tempat kerja).
Bantu klien untuk membuat
perencanaan spesifik agar dapat diimplementasikan dengan mudah dalam
perubahan perilaku (contoh: diskusi dengan seseorang atau grup yang dapat
membantu pelaksanaan perubahan).
Bantu klien untuk
mengidentifikasi stimuli perilaku yang kurang menguntungkan bagi kesehatannya
dan berikan cara untuk meminimalkan rangsang tersebut.
Ajarkan pada klien untuk
mengalihkan aktivitasnya kea rah yang sehat (contoh: latihan relaksasi,
dialog internal atau bisa mengatakan “tidak”).
Dorong klien dan keluarganya
untuk merencanakan “reward” yang seimbang, seperti nonton dan makan diluar
dengan catatan klien dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tinjau kembali perencanaan dan
diskusikan instruksi pada tahap persiapan.
Bantu klien untuk membuat tujuan.
Berikan dorongan dengan
pembicaraan yang positif, menyokong dan memberikan dorongan/bantuan baik
sebagian maupun sepenuhnya dalam pencapaian tujuan.
Secara kontinu berikan dorongan
untuk membuat kerja sama dan melakukan diskusi terbuka tentang permasalahan
yang muncul.
Indentifikasi dan dorong
penggunaan strategi untuk mempertahankan perilaku yang sehat.
|
Kembali
karena merasa terlalu berat untuk melakukan perubahan tersebut. Dalam tahap ini
seseorang dapat menggunakan waktu sekitar beberapa bulan sampai tahun.
3. Persiapan
pada fase ini seseorang dapat memehami kegiatan yang akan dilakukan dan
mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut. Seseorang sudah percaya bahwa ada
keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya perubahan yang dilakukan dan
membuat perencanaan spesifik untuk perubahan tersebut. Beberapa orang pada
tahap ini sudah melakukan perubahan kecil – kecilan seperti mengurangi gula dan
kopi mereka
4. Kegiatan.
Seseorang sudah mengimplementasikan perubahan dengan strategi yang sudah
terpola secara baik seperti meninggalkan kebiasaan lama dan mulai melaksanakan
kebiasaan yang baru. Untuk mencegah terjadinya pengulangan pada kebiasaan yang
lama diperlukan kegiatan secara kontinu dalam beberapa minggu atau bulan.
5. Mempertahankan. Secara terintegrasi seseorang telah
melaksanakan perubahan tersebut yang tercermin dalam kehidupannya sehari – hari
dan tidak kembali pada kehidupan yang lama.
2.3.4.
Peran
Perawat Dalam Promosi Kesehatan
Keberadaan perawat sangat penting
dalam promosi kesehatan. Karena dia harus membantu individu maupun komunitas
untuk mengubah perilaku.
KOTAK
3-7 Peran perawat dalam promosi kesehatan.
(sumber: kozier, dkk., 1997).
Model pola perilaku hidup sehat
dan sikap.
Memfasilitasi klien dalam
melakukan pengkajian, implementasi, dan evaluasi tujuan kesehatan.
Mendidik klien untuk dapat
merawat diri, membuat strategi agar tetap sehat, perbaikan nutrisi, mengelola
stress dan meningkatkan kerja sama.
Membantu individu, keluarga dan
komunitas untuk dapat meningkatkan kesehatannya.
Mendidik klien untuk dapat
menjadi konsumen kesehatan yang efektif.
Membantu individu, keluarga dan
komunitas agar dapat mengembangkan pilihan tentang promosi kesehatan.
Membimbing klien untuk dapat
mengembangkan pemecahan masalah dan pembuatan keputusan yang efektif.
Mendorong klien dan keluarganya
untuk dapat ikut mempromosikan kesehatan.
Membantu advokasi pada komunitas
untuk dapat mengubah/menciptakan lingkungan yang sehat.
|
Yang
kurang sehat menjadi perilaku sehat dan dapat dipertahankan sepanjang hidupnya.
Kegiatan promosi kesehatan merupakan hubungan kolaborasi baik dengan klien
maupun tenaga kesehatan lain/dokter. Peran perawat bukan bekerja untuk mereka,
tetapi bekerja sama dengan mereka guna memfasilitasi proses pengkajian,
evaluasi dan mengerti tentang kesehatan. Perawat dapat berperan sebagai
advokat, konsultan, pendidik maupun coordinator pelayanan. Sebagai contoh peran
perawat dalam promosi kesehatan dapat dilihat pada Kontak 3-7.
Dalam
melaksanakan perannya, perawat dapat bekerja dengan individu dari berbagai
rentang usia, berbagai tipe keluarga dan berbagai kelompok yang spesifik.
Keberhasilan perawat dalam melaksanakan perannya dapat dilihat dari kemandirian
individu maupun kelompok yang dikelolanya agar dapat memperlihatkan tanggung
jawabnya, adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan serta dapat
mempertahankan perilaku sehat sepanjang hidupnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Simpulan
Sehat bukan sebuah keadaan melainkan
sebuah proses. Proses tersebut membuat individu beradaptasi tidak hanya dengan
kondisi fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosial. “ President’s Commission
1953).
Dalam kesehatan komunitas, komunitas
dapat dipandang memiliki masalah kesehatan yang sama, misalnya insiden
mortalitas atau tuberkolosis bayi yang tinggi, infeksi HIV, atau penyakit
menular lain. Keperawatan komunitas berfokus pada promosi dan pemeliharaan
kelompok populasi.
Pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
masyarakat sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan ( Spradley, 1985 dan Logan and Dawkin, 1987
3.2.Saran
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain factor pendidikan
atau pengetahuan individu, media massa, televise, penyuluhan yang
dilakukanpetugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan
di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan
penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit
tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan – pemecahan masalah kesehatan
melalui proses kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Effendy Nasrul, Drs. 1995. Perawatan
Kesehatan Keluarga. Jakarta : EGC
Ali Zaidin, SKM, MBA, MM. 2006. Pengantar
Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Http//www.Google.com/ Konsep dasar keperawatan
komunitas+PDF ( di akses tanggal 26 Mei 2013, pukul 13.00 WIB )
makasih banyak, makalah yang telah kalian bagikan, semoga bermanfaat bagi kita semua,
BalasHapus